Kemaksuman Nabi Musa as dalam Alquran; Studi Analisis Perspektif Tafsīr al-Amthal
Item
-
Title
-
Kemaksuman Nabi Musa as dalam Alquran; Studi Analisis Perspektif Tafsīr al-Amthal
-
Creator
-
Eli Roslina
-
Date
-
2020
-
Publisher
-
STAI Sadra
-
Language
-
Bahasa Indonesia
-
Abstract
-
Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia tidak lansung mengetahui pesan-pesan Allah swt tanpa perantara nabi atau rasul yang dipilih Allah swt dan berteladan baik. Manusia menjalani jalan yang lurus karena dididik, diajarkan, diperintahkan oleh orang yang lebih mengetahui yaitu nabi atau rasul, yang diutus lansung oleh Allah swt untuk memperbaiki iman dan akhlaknya. Namun di dalam beberapa karya ilmiah bahkan di dalam al-Qur’an, dikhususkan pada kisah Nabi Musa as ada beberapa zahir ayat terkesan Nabi Musa as seorang pemarah, pembunuh, sombong dalam hal ilmu, dan bahkan khilaf. Hal ini menyebabkan sebagian mufassir menyimpulkan bahwa Nabi Musa as bersalah atau tidak maksum karena melihat zahir ayat tersebut. Sebagaimana Wahbah Az-Zulaihi mengatakan bahwa Nabi Musa as memukul golongan Qibthi dengan tidak sengaja kemudian golongan Qibthi meninggal. Setelah melakukan pembunuhan Nabi Musa as merasakan marah dan penyesalan. Terjadinya pembunuhan karena bisikan setan. Demikian juga Habibullah Farakhzad mengutip dalam Tafsīr al-Qummī mengatakan bahwa Nabi Musa as adalah pemarah bahkan tidak bisa dicegah oleh siapapun. Namun bagi yang membela kemaksuman para nabi seperti Naṣīr Makārim Shirazī mengatakan bahwa para nabi terjaga dari perbuatan dosa, kesalahan, dan kekeliruan. Jika para nabi melakukan kesalahan maka kaumnya tidak akan mempercayainya sebagai utusan Allah swt.
Hal demikian yang membuat peneliti untuk mengetahui, menjawab dan mendalami bagaimana dan kenapa Nabi Musa as melakukan hal demikian dengan mengunakan pandangan Naṣīr Makārim Shirazī dalam Tafsīr al-Amthal secara rinci. Peneliti mengangkat judul “Kemaksuman Nabi Musa as dalam Alquran; Studi Analisis Perspektif Tafsīr al-Amthal”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjawab yang mengatakan bahwa para nabi selain Nabi Muhammad saw melakukan kesalahan, kekeliruan, dan dosa. Adapun jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah kualitatif, berupa studi keperpustakaan dengan cara mengumpulkan data, menganalisis, kemudian menyajikankannya dengan diskriptif- analisis. Dan kesimpulan dari penelitian ini adalah Nabi Musa as maksum dari perbuatan dosa, kesalahan, dan kekeliruan.
Keywords: Kemaksuman, Nabi Musa as, dan Tafsīr Al-Amth
-
Subject
-
Kemaksuman, Nabi Musa as, dan Tafsīr Al-Amth