Tesis: Rasionalisasi IBN SINA
Item
-
Title
-
Tesis: Rasionalisasi IBN SINA
-
Creator
-
Aat Subroto
-
Date
-
2021
-
Publisher
-
STAI Sadra
-
Language
-
Bahasa Indonesia
-
Abstract
-
Secara metodologis, filsafat dan tasawuf memiliki kecenderung yang berbeda dalam menyingkap kebenaran. Perbedaannya tersebut terletak dalam menempatkan akal; yang satu menggunakan metode rasional, sedangkan yang kedua menggunakan metode intuitif-personal. Salah satu kritik Ibn Rushd terhadap metode yang digunakan oleh kalangan sufi, termasuk kritiknya terhadap Ibn Sina. Dalam salah satu karyanya, khususnya tiga bab terakhir al-Isharat wa at-Tanbihat, Ibn Sina mengulas dan memberikan pendasaran atas pengalaman sufistik yang dapat dipahami akal. Karena pandangan tasawufnya tersebut, Ibn Sina kemudian dikritik sebagai filosof yang telah melakukan kesalahan dan terjebak ke dalam pemikiran yang irasional. Sehingga problem irasionalitas dalam tasawuf memiliki titik singgung dengan pemikiran tasawuf Ibn Sina. Namun, di sisi yang lain Ibn Sina sebagai seorang Peripatetis adalah juga seorang yang mengedepankan rasionalitasnya dalam membangun argumen pemikirannya.
Beranjak dari persoalan tersebut, maka perlu kiranya dilakukan penelitian secara mendalam mengenai pemikiran Ibn Sina, khususnya tentang bagaimana sebenarnya Ibn Sina itu merasionalkan pengalaman sufistik dan bentuk argumentasinya. Dalam melakukan riset ilmiah ini, penulis memilih untuk menggunakan metode deduktif dan induktif secara simultan, dengan pendekatan filsafat dan ‘irfan ‘amali.
Dari hasil penelitian ini, kemudian penulis menemukan bahwa Ibn Sina dalam membuktikan pengalaman sufistik itu pemikirannya masih konsisten dengan coraknya yang khas, Peripatetik. Menurutnya, ketersingkapan (muka shafah) dan kontak (ittisal) dengan Akal Aktif itu dapat terjadi apabila memenuhi dua syarat, yaitu seseorang perlu (1)menyiapkan diri dengan melakukan riyadah yang diawali oleh iradah (kemauan kuat) dan (2) tidak menjadikan alam materi ini tempat bergantung karena hal tersebut akan menjadikannya penghalang. Maka atas problem tersebut, penulis menemukan sekurang-kurangnya ada tiga bentuk argumen Ibn Sina dalam membuktikan pengalaman sufistik. Ketiga bentuk argumen itu adalah (1) argumen keberadaan alam gaib, (2) argumen kebertujuan atau teleleologis, dan (3) argumen wujud universal atau asal.
Kata Kunci: Rasionalisasi, Akal Aktif, ‘Aql Mustafad, ittisal, Pengalaman Sufistik, mukashafah
-
Subject
-
Rasionalisasi, ‘Aql Mustafad, Pengalaman Sufistik, mukashafah